Hari ini tampak berbeda bagi Greys.
Perempuan cantik berpipi chubby ini terlihat begitu bahagia. Ia terlihat lebih
ramah dan murah senyum.
“
Pagi semuaaa….!!” Sapa Greys ramah kepada teman-temannya.
“
Something wrong neh kayaknya.” Kata
Shendy.
“
Nothing wrong girl.” Greys duduk di
sebelah Shendy.
“
Terserah lo aja lah..” Shendy berkata sambil
lalu.
“
Lagi ngerjain apa sih lo?? Sibuk bener..”
“
Ada deadline buat besok, jadi gue
harus cepet-cepet selesaiin.”
“
Oh…lah Vita sama Butet kemana?? Tumben ga keliatan”
“
Vita lagi pergi sama Alvent, kalau Butet lagi nyari obyek foto. Buku lo dah
selesai Greys??”
“
Udah tinggal nganter ke agency aja.”
Cerita
persahabatan keempat gadis ini emang unik, coz
mereka punya profesi yang beda-beda. Ya walaupun masih mirip, sama-sama nulis,
hehe.. Shendy adalah wartawan sebuah
majalan sport. Butet kadang juga jadi wartawan sih, wartawan freelance, tapi lebih sering ke
fotografer. Kalau Vita itu seorang editor dan Greys adalah seorang novelis yang
cukup terkenal.
“
Kapan mau ke agency??” Shendy kembali bertanya.
“
Hari ini, bentar lagi juga mau berangkat.”
“
Mau ditemenin??”
“
Hai Greys..” belum sempat Grays menjawab, tiba-tiba seseorang datang
menghampiri Greys dan Shendy.
“
Hai, San.” Greys tersenyum manis.
“
Jadi ke agency sekarang??”
“
Jadi lah..nih filenya juga dah dibawa.”
“
Berangkat sekarang apa nanti??”
“
Sekarang lah, keburu sore. Shend, gue ke agency dulu ya sama Ahsan. Lo ga
apa-apa kan gue tinggal??”
“
Iya, ati-ati ya Greys??” Shendy mengedipkan sebelah matanya jail.
“
Iya.” Kata Greys sambil lalu.
* * *
“ Selamat ya Greys, novel kamu ini
benar-benar bagus, tak salah agency kami memilih novel ini untuk diterbitkan.”
Kata manager agency tempat Greys menerbitkan novel-novelnya.
“ Saya yang harusnya berterimakasih pada
bapak karena sudah mau menerbitkan novel-novel saya. Terima kasih atas
kerjasamanya.” Greys tersenyum manis.
“ Sama-sama, untuk masalah royalty nanti
kami kabari lagi.”
“ Oke, Pak. Selamat sore.”
“ Selamat sore.”
Greys melangkahkan kakinya keluar dari
agency itu. Hatinya lega karena novel yang dua bulan terakhir ini digarapnya
akhirnya selesai juga. Sesampainya di depan agency Greys melihat Ahsan seperti
habis nerima telepon dari seseorang, Greys menghampirinya.
“ Ahsan, novelku akhirnya bisa terbit,
hehe..” kata Greys riang.
“ Iya..Iya..aku tau kamu itu novelis yang
hebat. Selamat ya..” Ahsan mengacak rambut Greys lembut.
“ Iya, biasanya kan aku yang traktir kamu
nih, sekarang gantian dong.” Greys merajuk manja.
“ Ayok lah, sekalian aku mau ngomong
sesuatu ke kamu.”
“ Serius?”
“ Limarius, ayok buruan keburu aku
berubah pikiran ini.”
“ Ayok..ayok..” kata Greys semangat.
* * *
Ternyata Ahsan mengajak Greys dinner di sebuah resto pinggir pantai.
Dengan ditemani oleh kerlipan lampu taman yang benar-benar romantis.
“ Wow,
who romantic he is.” sorak Greys
dalam hati.
“ Ngapain bengong disitu, Greys. Duduk
sini.” Ahsan menarik kursi untuk Greys.
“ Eh, iya.” Greys segera menuju ke kursi
yang telah disediakan oleh Ahsan.
Mereka makan dengan suasana yang sangat
mendukung. Dengan lampu-lampu kecil yang berkerlip riang dan ditemani dengan
suara deburan ombak dan sinar rembulan yang cantik. Mereka, terutama Greys,
sangat menikmati saat-saat ini. Memang sejak dulu Greys memendam rasa kepada
Ahsan. Namun Greys tidak pernah mengungkapkannya.
Setelah selesai romantic dinner, mereka berbincang sejenak. Sembari menikmati
suasana pantai pada saat itu.
“ Ehmm..Greys, aku mau ngomong sesuatu
sama kamu.” Kata Ahsan tiba-tiba.
“ Ngomong apa, San?? Perasaan daritadi
kita udah ngobrol deh.” perasaan Greys tak menentu. Mungkin kah ini saat yang
dinantikannya??
“ Tapi kamu jangan marah ya??” lanjut
Ahsan.
“ Ngomong apaan sih?? Jangan bikin
penasaran deh.” Greys makin dag-dig-dug ga karuan.
“ Sebenernya aku itu….ehm…ga jadi deh.”
Ahsan mengurungkan niatnya.
“ Kamu kenapa, San?? Ngomong kok ya
setengah-setengah, bikin penasaran. Udah ngomong aja.” Greys mulai GR
“ Ya udah deh aku ngomong, sebenernya aku
itu udah punya pacar Greys, namanya Itine. Aku bahagia banget tau Greys,
akhirnya bisa dapetin dia juga, hehe..Maaf ya Greys aku baru bilang sekarang.
Dan dinner malem ini anggep aja PJ
dari aku.”
Ahsan berkata dengan riangnya. Ia tak
menyadari bahwa Greys sangat-sangat terluka dengan perkataannya barusan. Greys
tak menyangka bahwa romantic dinner ini
ga seperti yang dia pikirkan. Apalagi dia sempet GR waktu Ahsan bilang mau
ngungkapin sesuatu. Ternyata…..semuanya di luar dugaan.
“ Greys..Greys..kamu ga marah kan??”
“ Eh..ehmm..ga kok, tenang aja. Aku
bahagia kalau kamu bahagia.” Greys tersenyum terpaksa. Padahal saat ini dia
sedang berusaha sangat keras untuk menahan air matanya.
“ Thanks,
Greys. You’re my best friend.” Kata Ahsan sumringah.
“ San, kita pulang yuk, udah malem. Ga
enak sama Vita, Butet dan Shendy.” Greys mencoba mengalihkan pembicaraan.
“ Oke, kita pulang sekarang. Dan aku
janji bakal secepatnya kenalin kamu sama Itine. Kamu pasti ga nyesel kenal sama
dia, dia itu baik banget. Dan dia itu cantik. Hehe..” Ahsan berkata tanpa
beban.
“ Aku tau, San. Itine pasti lebih cantik
dan lebih dari segalanya kalau dibandingin sama aku. Itine bener-bener
beruntung bisa dapetin cinta kamu, San. Aku terluka, tapi aku harus terima.”
Kata Greys dalam hati.
* * *
“ Thanks
for tonight, San.” Kata Greys sesampainya di tempat kost.
“ Yeah,
you’re welcome.”
“ Aku masuk dulu ya, good night, sweet dream.” Kata Greys lesu.
“ Good
night, nice dream honey..”
“ Please,
San. Don’t call me like that again. It’s hurting me.” Jerit batin Greys.
Greys masuk ke tampat kostnya. Bukan kost
sebenarnya, tapi sebuah rumah yang ia tempati bersama ketiga sahabatnya.
“ Greeyysss….” sorak Vita, Butet dan
Shendy ketika Greys masuk.
“ Gimana novel lo?? Jadi terbit??”
“ Jadi, Tet. Do’ain aja moga semua
lancar.” Greys menjawab dengan tak bersemangat.
“ Gimana kencan lo sama Ahsan?? Kok
keliatannya lo lesu gitu??” kata Vita.
Greys tak dapat menahan air matanya lagi.
Ia menangis tersedu di pelukan Vita. Ia menceritakan semua kejadian tadi.
“ Jadi Ahsan udah punya pacar??” Shendy
seakan tak percaya.
“ Iya.” Greys mengangguk lemah.
“ Sabar, Greys. Mungkin emang Ahsan bukan
jodoh lo.” Kata Butet berusaha menenangkan Greys.
“ Iya, Greys. Mungkin Ahsan itu bukan
lelaki terbaik yang disiapin Tuhan buat lo. Senyum dong??” kali ini Vita yang
menghibur Greys.
“ Thanks,
Guys. Kalian bener-bener ngertiin perasaan gue. Dan kata-kata lo semua
bener. Life must go on.” Greys
tersenyum dan memeluk sahabat-sahabatnya erat.
“ Thanks, God. You give me amazing friends
like them.” Greys berkata dalam hati.
**** TAMAT ***
No comments:
Post a Comment